Pergaulan
dan Macam-macam Pergaulan Definisi Pergaulan
Pengertian pergaulan
secara etimologi kata bergaul indentik dengan kata “gaul” mengulas tentang kata
gaul pada peradaban kejayaan romawi ada suku yang bernama suku gaul yang pada waktu
itu bangsa gaul menjadi budak kaum romawi, konon katanya mereka diberi nama
bangsa gaul dikarenakan mereka memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda
dengan bangsa atau suku lainnya. Sedangkan pengertian pergaulan secra
terminologi yaitu menjunjung tinggi kebersamaan, persekawanan, dan persaudaraan
yang dimana mereka lebih cenderung memiliki sifat afatisme dan hedonisme yang
artinya mereka akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya.
Pergaulan adalah
kontak langsung antara individu dengan individu lain, atau antara pendidik
dengan anak didik. Pergaulan jugam memungkinkan menimbulkan pengertian yang
mendalam antara tugas pendidik, yang wajib mendidik dan tugas anak didik yang
wajib belajar. Saling mengetahui karena pergaulan tersebut dapat memudahkan
usaha bimbingan dan pertolongan agar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
(Abdullah Idi dan Safarina, 2011:83).
Macam-macam Pergaulan
Pergaulan dalam Keluarga Orang tua mempunyai peranan pertama dan utama bagi
anak-anaknya selama anak belum dewasa dan mampu terdiri sendiri. Untuk membawa
anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik karena anak
suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orang tuanya.
Dengan teladan yang
baik, anak tidak merasa di paksa. Secara tidak langsung setiap anak berguru
kepada saudara-saudaranya sehingga anak menjadi tahu bahwa dia merasa wajib
memberi sebagaimana dia merasa perlu pemberian, baik materi maupun nonmateri.
Antaranak dalam
keluarga belajar tukar-menukar pengalaman sehingga semakin banyaklah hal-hal
yang diketahui tentang baik dan buruk, hak dan kewajiban, tentang saling
menyayangi, dan sebagainya dengan adanya hubungan satu sama lain. Pergaulan
dalam Sekolah Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah terdiri dari pendidik
dan anak didik. Antara mereka sudah barang tentu terjadi adanya saling
hubungan, baik antara guru dengan murid-muridnya maupun antara murid dengan
murid. Guru-guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa
murid sebagai anak didik ke arah kedewasaan.
Memanfaatkan
pergaulan sehari-hari dalam pendidikan merupakan cara yang paling baik dan
efektif dalam pembentukan pribadi dan dengan cara ini pula maka hilanglah
jurang pemisah antara guru dan anak didik. Pergaulan dalam Masyarakat Dalam
konteks pendidikan, lingkungan masyarakat merupakan lembaga pendidikan selain
keluarga dan sekolah yang akan membentuk kebiasaan, pengetahuan, minat dan
sikap, kesusilaan, kemasyarakatan, dan keagamaan anak. Dimasyarakatlah anak
melakukan pergaulan yang berlangsung secara informal baik dari para tokoh
masyarakat, pejabat atau penguasa, para pemimpin agama, dan sebagainya.
Dengan demikian,
dalam pergaulan sehari-hari antara seseorang dengan tokoh agama dan tokoh
masyarakat mengandung gejala-gejala pendidikan karena para tokoh tersebut dalam
pergaulannya mengarah kepada pengaruh yang positif, menuju kepada tujuan yang
mencakup nilai luhur. Pergaulan sehari-hari antara anak dengan anak lainnya
dalam masyarakat juga ada yang setaraf dan ada lebih dewasa di bidang tertentu.
Teguran anak yang lebih dewasa, terhadap anak yang nakal, yang jorok, yang
melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya, dan sebagainya.
Jenis-jenis
Etika Bergaul Islami
Jenis-jenis
bergaul islami telah diatur sebagai berikut:
Pergaulan muda-mudi
Pertama, menjaga pandangan terhadap lawan jenis yang bukan muhrimnya. Pria dan
wanita harus dapat menjaga dan mengendalikan pandangan matanya dan memelihara
nafsu seksualnya, sebagaimana di perintahkan oleh Allah dalam firmanNya dalam
surat An-Nur ayat : 30.
Artinya: “Katakanlah kepada laki-laki yang
beriman, hendaklah mereka memelihara pandangan mata mereka dan memelihara
kemaluannya; cara yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui segala perbuatanmu. (QS. An-Nur 24:30).
Kedua, pengaturan
shaf laki-laki dan perempuan dalam shalat berjam’ah, adalah termasuk usaha pencegahan
dari kemungkinan akibat jelek bagi kedua belah pihak dan rusaknya sholat itu
sendiri. Seandainya kaum wanita diperbolehkan campur dengan laki-laki atau jika
diperkenankan wanita itu menempati shaf dimuka laki-laki, maka jelas kontakan
nafsu birahi dalam sholat itu sulit dielakan. Akibatnya sholat menjadi rusak
dan tidak akan mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan, tetapi hanya menjadikan
hati resah dan gelisah.
Ketiga, larangan
berduaan sepasang muda-mudi tanpa disertai mahramnya. Larangan tersebut berdasarkan
Hadits berikut ini : Artinya: “Rasulullah saw. Bersabda : Jangan sekali-kali
bersepisepian seorang pria dan wanita kecuali wanita itu bersama mahramnya.
(HR. Muttafaq.
Keempat, mengucapkan
dan menjawab salam. Islam mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling
bertukar salam apabila bertemu atau bertamu, supaya rasa kasih sayang sesama
dapat selalu terpupuk dengan baik. Rasulullah saw bersabda: Artinya : “Kamu
tidaklah akan masuk syurga sebelum beiman, dan tidak akan beriman sebelum
berkasih sayang. Maukah kamu aku tunjukkan suatu amalan yang akan dapat memupuk
rasa kasih sayang sesamamu ? Yaitu senantiasalah mengucapkan salam sesamamu.”
(HR. Muslim). (Yunahar Ilyas, 2002:210).
Etika
Pergaulan Remaja Dalam Islam
Etika mesti merupakan
sesuatu yang mutlak supaya tidak membingungkan, karena etika Islam bukan
sekedar teori tetapi juga pernah diperaktekkan oleh sejumlah manusia dalam
suatu zaman, sehingga mereka muncul sebagai penyelamat dunia dan pelopor
peradaban. Etika Islam berbeda dengan etika yang lain, mempunyai sosok dalam
diri Muhammad saw. Telah menjadi contoh indah dari etika Islam.
Oleh karena itu
kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh
bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat,
tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya buruk (tidak
berakhlak) maka rusaklah lahir dan batinnya. Al-Qur’an berkali-kali menyatakan
bahwa imbalan (hukuman) terhadap keburukan adalah keburukan serupa, yang
dimaksudkan sebagai penolakan (negasi) terhadap yang buruk, tetapi imbalan
(pahala) terhadap kebaikan justru dilipat gandakan berkali-kali.
Remaja berasal dari
kata lain adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik. Hal senada di ungkapkan Santrock bahwa
remaja (adolensence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosialemosional.
Para ahli umumnya
sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai
dengan 18-20 tahun. Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator
perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh
karena itu, para ahli mengklasifikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian
yaitu : (1) remaja awal (11-13 tahun s/d 14-15 tahun); dan (2) remaja akhir
(14-16 tahun s/d 18-20 tahun). Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai
perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan
problema tertentu bagi si remaja.
Apabila tidak
disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan
dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal. Problema
yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya: (1) problema berkaitan dengan
perkembangan fisik dan motorik, berkaitan dengan perkembangan kognitif dan
bahasa, (2) problema berkaitan dengan perkembangan prilaku sosial, moralitas
dan keagamaan, problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian dan
emosional. Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self
identity).
Islam telah mengatur
etika pergaulan remaja prilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang
dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu prilaku tersebut harus
diperhatikan, dipelihara dan dilaksanakan oleh para remaja. Perilaku yang
menjadi batasan dalam pergaulan adalah : (1) menutup aurat, Islam telah
mewajibkan perempuan untuk menutup aurat demi menjaga kehormatan diri dan
kebersihan hati. (2) menjauhi perbuatan zina, Islam adalah agama yang menjaga
kesucian. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 32 yang
artinya. “dan janganlah kamu mendekati zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan buruk”.
Dalam tata cara
pergaulan remaja semua agama dan tradisi mengatur tata cara pergaulan tersebut.
Agama Islam sebagai pedoman hidup ummatnya juga telah mengatur tata cara
pergaulan remaja yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi ; 1)
Mengucapkan salam, 2) Meminta izin, 3) Menghormati yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda, 4) Bersikap santun dan tidak sombong, 5) Berbicara
dengan perkataan yang sopan, 6) Tidak boleh saling menghina, 7) Tidak boleh
saling benci dan iri hati, 8) Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang
bermanfaat, 9) Mengajak untuk berbuat kebajikan. (Andi Anirah dan Sitti Hasnah,
2013:291 Jurnal Istiqra’).